Museum Bahari menyimpan koleksi yang berkaitan dengan dunia bahari dan kenelayanan bangsa Indonesia. Museum ini berlokasi di Jl. Pasar Ikan 1, Sunda Kelapa, Jakarta Barat.
Bangunan Museum Bahari merupakan bangunan cagar budaya, lalu dipugar kembali dan dipergunakan sebagai Museum Bahari seperti saat ini, yang diresmikan pada 7 Juli 1977. Bangunan museum ini punya riwayat sejarah, pada zaman Belanda bangunan ini dipakai sebagai gudang penyimpan rempah-rempah atau hasil bumi sebelum dikirim oleh VOC ke Eropa. Pada zaman pendudukan Jepang, bangunan ini dipakai sebagai gudang logistic tentara Jepang.
Adapun koleksi-koleksi yang terdapat di museum ini adalah beragam jenis perahu tradisional dalam bentuk, gaya, dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC. Berbagai model dan miniatur dan kapal modern dan peralatan kapal yang mendukung aktivitas pelayaran. Peralatan pelaut tempo doeloe juga dikoleksi, seperti, jangkar, teropong, alat navigasi, model mercusuar dan meriam. Koleksi lainnya adalah cerita dan lagu tradisional masyarakat nelayan nusantara, koleksi biota laut, data jenis dan sebaran ikan di perairan Indonesia, kartografi, tokoh-tokoh maritim nusantara dan lain-lain. Sekitar 126 koleksi benda-benda kelautan yang tersimpan di museum ini. Museum Bahari merupakan salah satu dari delapan museum yang di bawah pengawasan Dinas Kebudayaan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta. Sayang, website Museum bahari www.museumbahari.org belum dikerjakan secara optimal sebagai media promosi ke masyarakat. Jam kunjung museum adalah 09.00 - 15.00 WIB, dari Selasa hingga Minggu. Pada hari libur sekolah, museum tetap dibuka.
Menuruut Djulianto Susantio, arkeolog dan blogger, 65 persen penjunjung Museum Bahari dari Eropa dan 35 persen wisatawan lokal.Wisatawan Belandan menempatri urutan teratas, sisanya pengunjung dari Inggris, Perancis, Jerman, Australia dan pengunjung dari negara-negara asia.
Yang menarik, sejak di bangku sekolah dasar kita sering menyebut Indonesia negara kepulauan, artinya sebenarnya Indonesia merupakan negara bahari, yang potensi hasil laut yang melimpah. Namun hanya sedikit masyarakat Indonesia berorientasi pada neagara bahari, apalagi pemimpin-pemimpin di daerah. Sedikir juga warga Indonesia yang bercita-cita menjadi pelaut atau nelayan. Ya, mungkin nelayan atau pelaut bukan profesi yang menguntungkan. Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sriwijaya telah membuktikan keperkasaanya lewat kesadaran transportasi laut. Kata Mahan dalam bukunya “The Influence of Sea Power Upon History” (1660-1783), ‘Barang siapa yang menguasai laut, ia akan menguasai dunia’.
No comments:
Post a Comment